Minggu, 23 Oktober 2011

”Arti, Program dan Organisasi Bimbingan di Sekolah”


1.      Arti dan Pentingnya Bimbingan.
1.1.         Pengertian dan sasaran bimbingan
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran yang dialaminya. Bimbingan bukanlah paksaan atau tujuan dari si pembimbing akan tepapi pembimbing membantu untuk menetapkan suatu pilihan dan bukan berarti pembimbing itu sendiri yang memilih. Menurut Miller (dalam Jones, 1987) bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untukmencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Tidak benar jika bimbingan hanya berlaku bagi anak-anak abnormal atau hanya bagi anak-anak saja sedangkan orang dewasa tidak membutuhkan bimbingan. Yang benar ialah bimbingan itu berlaku bagi anak-anak yang normal maupun abnormal dan juga bagi orang-orang yang sudah dewasa.
Oleh karenanya bimbingan diperlukan baik di SD sampai perguruan tinggi dan bahkan bagi orang-orang dewasa dalam masyarakat.

1.2.         Perlunya bimbingan di sekolah
Makin tinggi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, makin bertambah kompleks pula masalah-masalah kehidupan manusia dan tata susunan masyarakat. Masyarakat agraris berangsur-angsur berubah menjadi masyarakat industri, kota-kota kecil berubah menjadi kota-kota besar yang penuh dengan kehidupan dan penghidupan, tuntutan atau kebutuhan hidup makin bertambah dan sebagainya.
Hal-hal tersebut yang mengakibatkan makin banyaknya kesukaran yang mungkin dialami anak-anak. Contohnya, banyak anak-anak yang tidak tahu kemana melanjutkan sekolahnya yang sesuai bakat yang dimilikinya, Banyak anak remaja kesukaran dalam belajar, mengisi waktu senggang, menghadapi percintaan, dalam penyesuaian terhadap teman-teman satu kelas atau sekolah, bahkan banyak pengangguran dan perbuatan asosial dan asusila yang dilakukan dan diderita para anak-anak dan para pemuda kita.
Dari contoh diatas jelas betapa pentingnya bimbingan dilakukan terutama bagi murid-murid tingkat lanjutan.

1.3.         Pelaksana bimbingan (pembimbing)
Di negara yang lebih maju untuk melaksanakan bimbingan di sekolah, di samping guru telah diadakan petugas-petugas khusus yakni orang-orang yang memiliki keahlian tertentu dalam bidang yang diperlukan dalam melaksanakan bimbingan itu.
Orang-orang tersebut biasanya disebut guidance counselor. Ada pula sekolah yang membentuk team guru-guru sebagai petugas bimbingan (grup guidance teacher), dan setiap guru anggota team itu disebut teacher counselor.
Pelaksana bimbingan haruslah orang yang memiliki banyak pengetahuan dan kecakapan, tidak mengherankan jika di sekolah Negara-negara maju petugas bimbingan itu terdiri atas gabungan antara para ahli jiwa, ahli masyarakat, ahli didik, bahkan juga dokter dan psikiater.

1.4.         Pembimbing di sekolah.
Di sekolah, pelaksana bimbingan ini hendaknya dilakukan oleh semua guru di sekolah tersebut. Adapun bagaimana organisasi dan usaha-usaha pelaksanaannya tergantung pada kegiatan guru serta keadaan sekolah setempat. Kesanggupan guru untuk menambah pengetahuannya tentang ilmu dan kecakapan yang diperlukan dalam guidance serta keberanian mempraktekannya secara berencana maka bimbingan akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Berhasil atau tidaknya bimbingan itu tergantung atas kerjasama antara petugas bimbingan, para guru, pegawai sekolah, orang tua murid, serta berbagai organisasi di masyarakat.

2.      Fungsi Bimbingan dalam Pendidikan
2.1.         Bimbingan dan pendidikan
Apa yang dilakukan guru terhadap muridnya, seperti menolong anak dalam kesulitan belajar, memberi nasihat pada anak, memberikan pelajaran sesuai minat dan kecakapan anak dan lain-lain, itu semua termasuk kedalam usaha mendidik yang seharusnya dilakukan guru terhadap muridnya, akan tetapi perbuatan tersebut dapat pula disebut bimbingan.
Bimbingan menyangkut atau berurusan dengan faktor-faktor di luar individu, yang berguna bagi individu itu dalam usaha mengembangkan dirinya. Jadi, secara luas bimbingan dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pendidikan, dalam arti yang lebih khusus bimbingan itu mencakup semua teknik penasihatan (counseling) dan semua macam informasi yang dapat menolong individu untuk menolong dirinya sendiri.
2.2.         Bimbingan mengefektifkan program sekolah
a.       Memperhatikan individu anak-anak
Sebelumnya kita telah memahami bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Ini berarti bahwa fungsi pokok dari bimbingan adalah untuk menolong individu-individu yang mencari atau membutuhkan bantuan. Adapun bantuannya tiap-tiap individu berbeda meskipun ada kemungkinan yang dihadapi sama.
Oleh akrena itu dalam pelaksanaan bimbingan sebaiknya diperlukan pengetahuan yang lengkap tentang individu yang bersangkutan, baik bakatnya, minatnya, kecerdasannya, latar belakangnya, riwayat pendidikannya dll.
b.      Mendekatkan hubungan sekolah dengan masyarakat
Adanya bimbingan di sekolah berarti juga mendekatkan antara sekolah dan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat dipahami jika kita mengetahui apa maksud adanya bimbingan disekolah, maksudnya adalah untuk menyediakan pelayanan yang akan memenuhi kebutuhan tertentu dari murid-murid di dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Adapun pelayanan tersebut meliputi:
a)        Penyesuaian dan perkembangan pribadi (personel Guidance).
Pengertian akan diri sendiri (self understanding) baik menemukan bakat, kecakapan, minat, dll. Penghargaan dan pengembangan sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta pengarahan diri (self direction)
b)        Penyesuaian dan kemajuan pendidikan (educational Guidance).
Pemilihan pelajaran yang cocok dengan kebutuhan, minat, kecakapan dan lingkungan. Pemilihan sekolah, kursus-kursus, akademi-akademi, perguruan tinggi dan sebagainya yang lebih menguntungkan.
c)        Penyesuaian dan perkembangan pekerjaan (vocational Guidance).
Informasi-informasi tentang kesepatan dan kecenderungan pekerjaan. Pengetahuan tentang lapangan pekerjaan serta pertolongan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
d)       Follow up sesudah keluar dari sekolah.
Mengadakan penelitian (research) terhadap lulusan-lulusan sekolah yang bersangkutan, baik yang melanjutkan sekolah lebih tinggi maupun bekerja di Masyarakat.
Melihat hal tersebut ternyata banyak kebutuhan (masalah dan kesukaran) yang akan dihadapi murid dalam pertumbuhan dan perkembangannya, karenanya pelaksanaan bimbingan ini diperlukan adanya hubungan saling mengerti dan bantu membantu antara sekolah dengan orang tua murid, perusahaan, lembaga, dan berbagai organisasi di masyarakat.
c.       Membimbing individu kearah jabatan atau pekerjaan yang sesuai.
Pelayanan dalam bimbingan tidak hanya membantu anak-anak yang mengalami kesukaran dalam belajar atau sekolah, tetapi juga mengenai masalah dan kesukaran yang timbul dalam kesukaran masyarakat. Seperti masalah pemilihan sekolah tempat melanjutkan dan masalah pemilihan jabatan (Vocational Guidance).
Vocational Guidance dapat mencegah sesorang memilih jabatan pekerjaan karena orang tua, tradisi atau karena gila pangkat saja yang sebenarnya tidak sesuai dengan bakat, minat dan pembawaannya.
Adanya bimbingan, terutama vocational guidance diharapkan dapat menyalurkan anak-anak ke arah pilihan sekolah atau pekerjaan yang sesuai dengan pembawaan, bakat, minat serta kemampuannya masing-masing.

3.      Program Bimbingan di Sekolah.
Pelaksanaan program bimbingan di sekolah di sesuaikan dengan keadaan dan tujuan sekolah masing-masing, misalnya letak sekolah, keadaan lingkungan sekolah dan lain-lain karena semua itu mempengaruhi apa dan bagaimana program bimbingan itu dilaksanakan.


3.1.         Hal-hal yang perlu diperhatikan.
Kepemimpinan yang bijaksana dan berpengalaman sangat penting di dalam pelaksanaan program bimbingan. Lengkapnya suatu organisasi bimbingan, baik dan banyaknya perlengkapan, bermacam-macamnya bentuk pelayanan dan laporan, serta adanya spesialisasi personel dalam pelayanan bimbingan, semua ini belum menjamin berhasil baiknya suatu program bimbingan secara keseluruhan.
Inti bimbingan terletak di dalam jiea atau semangat yang di dalamnya pelayanan-pelayanan itu di berikan. Dengan kata lain pelayanan-pelayanan bimbingan itu harus terdapat adanya kerja sama dalam usaha dan kesungguhan dalam mencapai tujuan yang merangsang sikap dan tingkah laku semua orang yang berkepentingan di dalam rangka bimbingan itu.
3.2.         Faktor-faktor yang mempengaruhi program bimbingan.
Program bimbingan di sekolah terdiri atas pelayanan-pelayanan yang di koordinasi dan dilakukan oleh dewan sekolah, termasuk kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai-pegawai sekolah yang lain dalam kerja samanya dengan lembaga-lembaga dalam masyarakat yang ada hubungannya dengan pendidikan dan bimbingan. Semua pelayanan di tunjukan untuk membangun kesejahteraan individu dan kelompok dalam arti yang luas.
   Dari uraian di atas ternyata bahwa bimbingan itu menyangkut berbagai faktor. Disamping faktor pelaksana (orang-orang yang bertugas melaksanakan bimbingan itu), juga faktor alat dan perlengkapan, metode dan bentuk pelayanan, anak-anak atau murid-murid yang menerima bimbingan itu, dan lembaga-lembaga masyarakat yang erat hubungannya dengan pelaksanaan bimbingan itu.
   Mengingat hal-hal tersebut, dapat di simpulkan bahwa berhasil atau tidaknya suatu program bimbingan di sekolah sebagian besar bergantung pada:
1)        Bagaimana pengertian dan penerimaan kepala sekolah kepada fungsi dan tujuan bimbingan itu.
2)        Latihan, pengalaman, minat, dan pengetahuan tentang bimbingan yang dimiliki oleh para pelaksananya.
3)        Bagaimana pandangan guru-guru dan mkasyarakat terhadap kebutuhan-kebutuhan bimbingan itu bagi murid-murid.
4)        Kerja sama antara guru-guru, orang tua murid, dan masyarakat serta biaya dan perlengkapan yang tersedia.
3.3.         Ciri-ciri umum program bimbingan
Mathewson menyarankan agar program bimbingan itu hendaklah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)        Kegiatan bimbingan (proses yang menyangkut penilaian, penyesuaian, organisasi, dan perkembangan) haruslah dilakukan secara kontinyu sejak dari taman kanak-kanak sampai pada pendidikan orang dewasa, termasuk tingkatan akademi dan unuversitas, dan juga pelayanan-pelayanan masyarakat bagi para pemuda dan orang-orang dewasa yng sudah keluar dari sekolah.
2)        Proses bimbingan haruslah menyerap setiap kegiatan sekolah dan dilakukan oleh guru-guru serta orang-orang yang memiliki keahlian khusus dalam hal itu.
3)        Program bimbingan hendaklah definitif ( tegas, jelas batas-batasnya ), mudah di pahami bagaimana prosedurnya dan kegiatan-kegiatan apa yang harus di lakukan.
4)        Semua fase program bimbingan haruslah di koordinasi, termasuk kegiatan-kegiatan masyarakat, dalam suatu pelayanan yang di susun secara teratur dan sistematis, berbagai pelayanan di arahkan pada tujuan yang sama.
5)        Program itu hendaklah mengarahkan titik perhatiannya pada tujuan-tujuan  dan masalah-masalah individu murid-murid, seperti penertian akan dirinya sendiri, perkembangan dan pengarahan diri, serta orientasinya terhdap masyarakat.
3.4.         Implikasi-implikasi suatu program bimbingan
Misalnya suatu sekolah atau suatu daerah telah menetapkan bahwa program bimbingan itu hendaknya meliputi hal-hal seperti berikut:
1)        Program bimbingan di sekolah berurusan dalam arti yang luas dengan kesehatan jasmani dan rohani serta perkembangan kepribadian setiap murid dari sekolah itu.
2)        Bimbingan menyerap dan meresapi seluruh proses pendidikan.
3)        Program bimbingan hendaknya berurusan dengan masalah-masalah semua murid.
4)        Tujuan program bimbingan adalah untuk membantu tiap murid membuat kemungkinan penyesuaian yang terbaik antara kebutuhan-kebutuhan emosinya sendiri dan tuntutan masyarakat tempat ia hidup.
5)        Tiap-tiap guru di sekolah itu mempunyai kewajiban memberi bantuan terhadap bimbingan yang diberikan kepada murid-murid laki-laki maupun perempuan. Demikian pula tiap orang atau pegawai sekolah lain.
6)        Program bimbingan mencakup pemberian bantuan terhadap tiap murid untuk menyesuaikan diri pada pola tertentu, dan juga menyesuaikan pola-pola tertentu bagi kebutuhan-kebutuhan individu anak yang lebih baik.
Untuk melaksanakan program bimbingan seperti tersebut diatas, implikasi-implikasi yang dapat diusahan oleh sekolah antara lain:
a.      Bagi individu murid.
a)        Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap murid selalu merasa aman, bebas dari rasa takut dan cemas yang berlebihan, gembira dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi-prestasi yang dapat dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b)        Menyediakan kondisi-kondisi dan kesempatan-kesempatan bagi setiap murid untuk memperoleh hasil yang baik.
c)        Mengembangkan pengertian-pengertian dan sikap-sikap yang dapat merangsang murid-murid memelihara kesehatan jasmani dan rohani mereka.
d)       Mengusahakan agar murid-murid dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap-sikap, minat, dan pembawaannya.
e)        Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik, tingkah laku yang sesuai dengan bermacam-macam tempat dan waktu.
f)         Mengembangkan rasa keseimbangan, ketenangan, kesabaran, dan pengarahan diri (self direction).
g)        Mengembangkan minat murid-muridterhadap nilai-nilai intelektual, sosial, dan rekreasi (termasuk penggunaan waktu senggang).
h)        Memperoleh informasi-informasi pendidikan, pekerjaan dan saosial yang diperlukan dalam pembuatan rencana-rencana sekarang dan yang akan datang.
i)          Membantu dalam pemilihan jabatan yang berharga dan layk, yang dapat di hubungkan dengan minat dan sifat-sifat individu masing-masing.
j)          Mengembangkan kepandaian mengendalikan diri (self control), suatu pengertian tentang kewajiban atau tanggung jawab pribadi terhadap kesejahteraan kelompok.
k)        Mengembangkan pengertian dan penghormatan yang sehat  terhadap kesanggupan-kesanggupan dan hak-hak sendiri, dan kesanggupan-kesanggupan serta hak-hak orang lain.
l)          Mengembangkan kepercayaan kepada diri sendiri dan penghormatan diri sendiri pada murid-murid.
b.      Bagi Organisasi dan Pekerjaan Sekolah
a)        Menempatkan kebutuhan-kebutuhan pibadi individu diatas pertimbangan-pertimbangan prosedur sekolah yang lain.
b)        Menyediakan suatu kurikulum dan kondisi-kondisi kerja yang memungkinkan setiap murid dapat bekerja dengan hasil yang baik dan kapasitas yang penuh.
c)        Menyediakan informasi tentang keadaan diri murid-murid, yang penting bagi penentuan bahan-bahan dan pemberian pengajaran yang sesuai.
d)       Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan mutid-murid berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan dan dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
e)        Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan guru-guru dapat mengajar dan memimpin kelasnya dengan baik.
f)         Menyediakan pelayanan-pelayanan profesional untuk membantu guru-guru dalam mengembangkan sikap-sikap, kecakapan-kecakapan (skills), dan teknik-teknik yang perlu bagi penasehat (Counseling) di dalam kelasnya.
4.      Organisasi Bimbingan di Sekolah.
4.1.         Permasalahan
Tidak semua orang dapat mengatsi dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan dalam masalah-masalah yang dihadapi di dalam proses perjuangan hidupnya apalagi bagi anak-anak, sebagai generasi muda yang belum matang dan masih mmerlukan bimbingan dan pendidikan untuk persiapan hidupnya pada masa yang akan datang.
Beberapa kesulitan dan masalah yang  banyak dialami para siswa, seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu antara lain adalah: Kurangnya minat dan perhatian terhadap beberapa mata pelajaran di sekolah, kesulitan dalam belajar dan menerima pelajaran, kesuliatan dalam memilih jurusan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya dan lain-lain.
        Kenyataan tersebut mendorong para pendidik khususnya kepala sekolah dan guru-guru, untuk berusaha bagaimana mengatasi masalah-masalah tersebut. Salah satu cara yang sudah mulai banyak dirintis sekolah-sekolah kita ialah dengan membentuk semacam lembaga yang disebut bimbingan dan konseling.
4.2.         Struktur organisasi bimbingan di sekolah
Sesuai dengan kondisi yang ada di negara kita sekarang untuk sekolah-sekolah kita dewasa ini agaknya telah memadai jika ditiap sekolah dapat dibentuk lembaga bimbingan itu dengan jumlah tenaga seminimal mungkin.
Berikut ini adalah contoh organisasi Lembaga Bimbingan dan Penyuluhan yang dijalankan di Proyek Perintis Sekolah Pembangun IKIP Jakarta sebelum diserahkannya sekolah-sekolah tersebut kepada kantor wilayah Dep. P dan K DKI Jakarta. Lembaga bimbingan dan penyuluhan tersebut dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
a.    Bagian pencegahan dan pemeliharaan
b.    Bagian penasehat akademik dan hubunagan sekolah
c.    Bagian pusat pengetesan
d.   Bagian penyuluhan dan percobaan
e.    Bagian rehabilitasi dan kuratif
Bentuk bagan struktur organisasi bimbingan da penyuluhan di tiap sekolah sangat bergantung pada kondisi kelengkapan personal maupun material yang dimiliki sekolah masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar