Minggu, 23 Oktober 2011

”Konsep Dasar Pembelajaran Membaca”


1.      Hakikat Membaca.
Pemahaman membaca sebagai suatu istilah sangat beragam. Di dalam konteks belajar mengajar, membaca dipandang sebagai proses menuju pemahaman dan sebagai produk yang dapat diukur. (Hafni, 1981)
Sementara itu menurut Tarigan (1985) membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata atau bahasa tulis.
Membaca merupakan suatu proses dinamis untuk rekonstruksi suatu pesan yang secara grafis dikehendaki oleh penulis (Goodman 1996). Dalam pendekatan Buttom-Up, membaca sebagai proses dekoding berbagai simbol tertulis kedalam berbagai ekuivalen pendengaran dalam bentuk linear (Nunan, 1999). Dengan demikian, dalam kegiatan membaca, pertama kali seseorang membedakan masing-masing huruf saat ditemukan, menyembunyikan, mencocokan simbol-simbol tertulis dengan ekuivalen-ekuivalen pendengaran, mencampurkannya untuk membentuk kata-kata, dan memperoleh makna. Oleh karena itu, menemukan makna sebuah kata merupakan langkah terahir dalam proses itu.
Dalam perkembangan study membaca dikenal tiga pandangan tentang proses membaca. Pandangan pertama biasa disebut dengan pandangan kuno. Pandangan ini menganggap membaca sebagai proses pengenalan simbol-simbol bunyi yang tercetak (Harris dalam Olson, 1982). Pandangan kedua, membaca sebagai suatu proses pengenalan simbol-simbol bunyi yang tercetak dan diikuti oleh pemahaman makna yang tersurat (Carrol dalam Olson, 1982). Pandangan ketiga disebut pandangan modern, membaca bukan sekedar pemahaman dan pengenalan simbol-simbol tercetak saja, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu sebagai proses pengolahan secara kritis.
Pengenalan kata meliputi keterampilan untuk membaca kata dengan cepat dan tepat tanpa bantuan kamus. Pemahaman literal meliputi keterampilan untuk memahami kata dan memahami pengelompokan kata-kata tersebut kedalam frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Pada pemahaman literal ini, pembaca juga mencoba memahami maksud penulis sehingga pembaca dapat membuat kesimpulan dan memberikan tanggapan terhadap bacaan. Pada pemberian kritik, pembaca menciptakan ide-ide orisinil. Sebagai suatu proses psykolinguistik, dalam membaca terjadi interaksi antara pikiran dan bahasa. Selama proses ini, skemata sangat membantu pembaca dalam menyusun makna. Pengetahuan pembaca tentang fonologi, semantik, sintaksis sangat membantu pembaca dalam memahami dan menginterpretasi pesan. Sementara itu, sebagai suatu proses metakognitif, kegiatan membaca mencakup perencanaan, penentuan strategi, pemantauan, dan penilaian.
Berdasarkan hakikat membaca tersebut, ternyata membaca merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Pada saat membaca, anak harus mampu:
1)             Merasakan perangkat simbol pada teks bacaannya (aspek sensoris)
2)             Menginterpretasikan apa yang dilihatnya (Aspek Persektual)
3)             Mengikuti pola-pola linear, logika, dan tata bahasa kata-kata yang ditulis (Aspek urutan),
4)             Menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman-pengalaman langsung agar bisa memberi makna pada kata-kata yang ada (Aspek Pengalaman),
5)             Melakukan inferensi dan mengevaluasi materi (Aspek Berfikir),
6)             Mengingat apa yang telah dipelajari sebelumnya dan memasukan fakta-fakta dan ide-ide baru (Aspek Pembelajaran)
7)             Mengenai hubungan antara simbol dan bunyi, antara kata dan apa yang diwakilinya (Aspek Asosiasi),
8)             Berhubungan dengan minat dan sikap yang mempengaruhi tugas membaca (Tugas Afektif)
9)             Mengerahkan segalanya untuk memahami materi bacaan (Aspek Konstruktif) (Borns, 1996 : 8).

2.      Tujuan dan Fungsi Membaca
2.1.      Tujuan Membaca
Membaca penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Dalam melakukan kegiatan membaca tersebut, tentu dengan tujuan berbeda-beda. Orang membaca peringatan dan rambu-rambu di jalan untuk mengarahkan ia sampai pada tujuannya, menginformasikan bahaya di jalan dan mengingatkan aturan-atauran lalu lintas. Dengan demikian, orang membaca dengan berbagai tujuan yaitu:
1)        Untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta atau informasi yang ia butuhkan (Reading for detail or facts).
2)        Untuk memperoleh ide utama dari apa yang dibacanya (Reading for main ideas).
3)        Untuk mengetahui urutan atau susunan tentang sesuatu (Reading for sequenc or organization).
4)        Untuk menyimpulkan dari apa yang dibacanya itu (Reading for inferenc).
5)        Untuk mengklasifikasikan (Reading to classify), atau
6)        Untuk menilai atau mengevaluasi (Reading to evaluate), untuk membandingkan atau mempertentangkan (Reading to compare or contrast),
7)        Untuk memperoleh kesenangan dan sebagainya.
Berkaitan dengan tujuan membaca, Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dal;am membaca:
1)        Untuk memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang suatu topik,
2)        Untuk memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (Misalnya: mengetahui cara kerja alat-alat rumah tangga)
3)        Untuk berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki.
4)        Untuk berhubungan dengan teman-teman dengan surat menyurat atau untuk memahami surat-surat bisnis.
5)        Untuk mengetahui kapan dan dimana sesuatu akan terjadi atau apa yang teresedia,
6)        Untuk mengetahuo apa yang sedang terjadi atau telah terjadi (sebagai mana dilaporkan dalam Koran, majalah, laporan) dan
7)        Untuk memperoleh kesenangan atau hiburan.
Sedangkan tujuan utama pengajaran membaca di MI adalah mengantarkan siswa agar terampil membaca dan memiliki budaya baca yang tinggi. Apabila siswa sudah termapil membaca mereka dengan mudah akan mencerna isi bacaan, memperoleh informasi, pengalaman, dan memiliki sejumlah kosa kata yang tepat pada bacaan tersenut. Lebih jauh akan dapat kita ketahui, apabila sudah terampil membaca diharapkan akan dapat menguasai semua mata pelajaran yang ditempunya tanpa ada hambatan yang berarti. Berikut ini dapat diperhatikan implikasikan tujuan pengajaran membaca yang dikemukakan M.E Fowler (Dalam Ahmadi, 1990: 24).
a)         Suatu program pengajaran membaca yang bertujuan untuk: menambah kecepatan dan memperbaiki pemahaman, mengajak siswa bagaimana mengadaptasi pendekatan membaca dengan berbagai variasi bahan bacaan, dan memperbaiki pembacaan bagi semua keterampilan berbahasa.
b)        Suatu latihan membaca untuk dapat mengapresiasi dan memperoleh kesenangan estetis dari prosa (Karya sastra).
c)         Program individual yang bertujuan untuk mendorong siswa agar membaca sebanyak-banyaknya dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan diri menjadi pembaca yang teliti sepanjang hayatnya.

2.2.      Fungsi Membaca
Kemampuan membaca bagi siswa juga merupakan kemampuan dasar dalam belajar karena hamper semua kemampuan untuk memperoleh informasi dalam belajar bergantung pada kemampuan tersebut. Melalui membaca, siswa dapat menggali informasi, mempelajari pengetahuan, menperkaya pengalaman, mengembangkan wawasan, dan meplejari segala sesuatu. Oleh sebab itu, siswa yang tidak atau belum mampu membaca dengan baik, akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada semua mata pelajaran.
Kegiatan membaca mempunyai manfaat atau fungsi yang sangat besar pada diri menurut Jordan E. Ayan (Dalam kuantum reading, 2004 36) bahwa membaca mempunyai manfaat sebagai berikut.
a)             Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan tata kalimat. Membaca memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif. Dengan demikian, dapat mepertajam kepekaan bahasa dan kemampuan menyatakan perasaan.
b)             Banyak buku dan artikel yang mengajak kita untuk berintropeksi diri dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain.
c)             Membaca memicu imajinasi. Buku atau bacaan yang baik mengajak kita dengan orang lain. Membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi, dan karakternya.

3.      Jenis-jenis Membaca
3.1.      Membaca Permulaan
Membaca permulaan sering disebut dengan istilah membaca lugas atau membaca dengan tingkatan elementer. Kegiatan membaca pada tingkat ini belum sampai pada pemahaman secara kompleks.
Dalam kegiatan menbaca permulaan, materi yang dibicarakan juga masih sangat sederhana. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam tingkatan ini adalah kegiatan membaca teknik atau membaca nyaring. Kegiatan membaca teknik dapat dilaksanakan pada kelas rendah dan juga kelas tinggi. Perbedaannya terletak pada tujuannya. Tujuan membaca teknik dikelas rendah ialah agar siswa dapat merubah lambing-lambang tertulis menjadi ucapan atau suara yang mengandung makna, jadi titik beratnya agar siswa dapat “Melek” huruf.
Guntur Taringan (1983 : 23-25) berpendapat bahwa untuk dapat membaca teknik dengan baik, diperlukan keterampilan-keterampilan sebagai berikut. Siswa kelas 1 harus terampil dalam:
a)             Mempergunakan ucapan yang tepat
b)            Menggunakan frase yang tepat
c)             Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar mudah dipahami
d)            Memiliki sikap yang baik serta merawat buku dengan baik
e)             Menguasai tandatanda baca sederhana seperti titik (.), koma (,), tanda Tanya (?) dan sebagainya.
Siswa kelas 2 harus terampil dalam :
a)             Membaca dengan terang dan jelas
b)             Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi
c)             Membaca tanpa terteguan atau terbata-bata

3.2.      Membaca Lanjut
Kita analogikan membaca permulaan sebagai kegiatan belajar keseimbangan naik sepeda, sedangkan membaca lanjut seperti mengayuh sepeda. Pada tahap ini, kemampuan membaca siswa semakin meningkat. Tugas pokok dalam tahap ini adalah berlatih, berlatih dan berlatih membaca. Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini meliputi :
3.2.1. Membaca Teknik
Kegiatan membaca teknik sering disebut dengan membaca nyarig, dalam kegiatan ini perluditanamkan kepada siswa,
a.       Latihan lafal, baik vocal maupun konsonan
b.      Latihan intonasi
c.       Latihan penguasaan tanda baca
d.      Latihan pengelompokan kata dalam satuan ide
e.       Latihan kecepatan mata
f.       Latihan ekspresi atau gerak yang mendukung kejelasan ekspresi.


Berbeda dengan kegiatan membaca teknik pada kelas rendah yang menitik beratkan mengubah lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, maka kegiatan membaca teknik pada kelas tinggi bertujuan agar idea tau materi membaca yang dibacakan dapat dipahami oleh orang lain.

3.2.2. Membaca dalam Hati
Kegiatan membaca dalam hati sering disebut dengan membaca untuk keperluan study. Dengan demikian, tujuan utamanya adalah agar siswa memahami kisi atau ide dalam bacaan. Dalam garis besarnya membaca dalam hati dibagi atas :
a.         Membaca ekstensif, yang berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu sesingkat-singkatnya. Membaca ekstensif meliputi : membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal.
a)    Membaca Survei adalah membaca dengan meneliti lebih dahulu apa yang akan kita telaah dengan jalan melihat judul yang terdapat dalam buku-buku yang ada hubungannya.
b)   Membaca sekilas disebut dengan membaca skiming adalah membaca yang membuat mata kita dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari arti dan mendapatkan informasi.
c)    Membaca dangkal adalah membaca dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang dalam dari suatu bacaan.

b.        Membaca intensif yakni study seksama telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas, terhadap suatu tugas yang pendek, kira-kira 2-4 halaman sehari. Yang termasuk kegiatan ini adalah kuisioner, latihan pola kalimat, latihan kosa kata, dikte, dan diskusi umum.

3.2.3.      Membaca Cepat.
Tujuan utama pengajaran membaca cepat adalah agar siswa terampil memperoleh informasi dari bacaan secara cepat dan cermat. Karena tujuannya memperoleh informasi, maka bahan bacaan jangan terbatas pada buku teks, tetapi boleh dari surat kabar, kamus, ensiklopedia, dan media lainnya yang menunjang.

3.2.4.      Membaca Bahasa
Tujuan utama membaca bahasa adalah agar siswa memiliki pengetahuan kebahasaan yang diperoleh lewat membaca. Oleh karena itu, mengajarkan membaca bahasa tidak terlepas dengan pengajaran struktur, menulis, dan sebagainya.


3.2.5.       Membaca Estetis.
Membaca estetis sering disebut dengan membaca indah. Ditingkat MI, membaca indah biasanya dilakukan dengan membaca puisi, dengan demikian, yang menjadi fokus perhatian adalah unsur irama, intonasi, ketepatan, dan ucapan.

4.      Hambatan-hambatan dalam Membaca
4.1.     Hambatan Membaca dalam Teknik
Tujuan membaca teknik adalah agar isi bacaan dapat dipahami oleh orang lain dan diri sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan adalah kejelasan lafal, intonasi, tanda baca, dan sebagainya. Hambatan yang timbul dalam membaca teknik meliputi :
a.         Kesalahan dalam melafalkan fonem. Kesalan ini biasanya ditimbulkan oleh pengaruh bahasa seorang ibu siswa yang sudah dikuasai terlebih dahulu. Misalnya Pulau dikatakan pulo.
b.        Kebiasaan Regresi, yaitu kebiasaan mengulang-ulang kata yang telah dibaca. Hal ini terjadi karena siswa mungkin belum memahami maksud kalimat yang dibacanya tadi atau mungkin kosa kata yang dibacanya agak asaing.
c.         Siswa kurang memahami cara pemenggalan atau kurang memahami maksud tanda baca sehingga mengakibatkan kesalahan maksud dan kesalahan lagu atau intonasi.
d.        Kadang-kadang siswa membaca kata demi kata
e.         Kadang-kadang siswa mempunyai kebiasaan menggunakan fisual sehingga terpaku pada bahan bacaan. Dengan demikian, kontak dengan pendengar sangat kurang.

4.2.     Hambatan Membaca dalam Hati
Membaca dalam hati sering disebut membaca untuk keperluan study. Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat memahami isi wacana yang dibaca secara tepat. Dalam kegiatan membaca dalam hati hambatan yang sering dihadapi oleh siswa MI adalah :
a)             Siswa tidak dapat sepenuhnya menghilangkan vokalisasi. Biasanya masih tetap bersuara, mulut komat kamit dan sebagainya.
b)             Sukar meniadakan gerakan-gerakan anggota badan, kekanan dan kekiri mengikuti baris-baris yang dibaca.
c)             Pada waktu membaca sering memegang benda-benda, misalnya : Pensil, sapu tangan, dan sebagainya.
d)            Apabila dalam bacaan terdapat kosa kata yang tidak dipahami, siswa cenderung terpaku pada kosa kata tersebut atau bahkan kosa kata tersebut terlewati saja. Akibatnya, siswa tidak dapat memahami kesatuan ide pada bacaan tersebut.
e)             Kadang-kadang siswa membaca kata demi kata. Akibatnya, sangat lambat dan tidak dapat menangkap kesatuan ide.
Solusinya guru sebaiknya tidak segan-segan member penjelasan, mengadakan latihan, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan tersebut.

4.3.     Hambatan Membaca Bahasa
Dalam membaca bahasa, yang terpenting bukan penguasaan materinya tetapi hal-hal yang berkaitan dengan kebahasaan. Hambatan yang muncul dalam kegiatan membaca bahasa ialah sebagian siswa terbiasa menggunakan bahasa daerah. Hal ini memberikan pengaruh terhadap cara membaca siswa. Akibatnya, siswa sering mencampuradukkan kaidah bahasa ibu dengan kaidah bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk menguasai kaidah bahasa Indonesia dan juga kaidah bahasa daerah. Dengan demikian, sedikit demi sedikit guru akan mampu menanamkan pengertian kepada siswa tentang perbedaan struktur bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.

4.4.     Hambatan Dalam Membaca Cepat
Tujuan dalam membaca cepat adalah waktu yang singkat siswa dapat membaca wacana sebanyak mungkin dengan pemahaman yang sempurna. Adapun hambatan-hambatan yang sering dialami siswa MI adalah:
a)        Sulit meniadakan vokalisasi. Membaca dengan bersuara akan memperlambat kegiatan membaca cepat. Sebab kerja otok atau pikiran manusia jelas lebih cepat jika di bandingkan bibir mengucapkan kata secara lebih lengkap.
b)        Kadang –kadang membaca dengan sub vokalisasi. Maksudnya adalah membaca dengan berbisik atau komat-kamit.
c)        Kebiasaan regresi atau mengulang-ulang kata yang telah di baca.
d)       Membaca dengan menggerakkan anggota badan, mengikuti baris demi baris, menunjuk kata-kata atau baris dengan pensil.
e)        Siswa kurang motivasi dalam membaca.
f)         Siswa belum terbiasa membaca sehingga mersa kesulitan dalam menemukan ide dalam bacaan

4.5.     Hambatan Membaca Estetis
Perhatian utama membaca estetis adalah unsur irama, intonasi, ketepatan ucapan, intonasi kalimat dan sebagainya. Hambatan yang sering terjadi dalam membaca estetis adalah :
a)             Siswa mengalami kesulitan dalam memahami maksud atau isi materi (puisi). Kesulitan biasanya dimulai pada pemahaman arti kata, sebab dalam puisi biasanya menggunakan kata-kata yang bermakna konotatif. Apabila siswa tidak dapat memahami maksud puisi, membacanya pun juga tidak tepat.
b)             Kesulitan di dalam pemenggalan ucapan. Hal ini juga erat sekali dengan pemahaman. Karena pemahaman berbeda, maka pemenggalan pun juga berbeda.
c)             Kesulitan di dalam intonasi. Kapan suatu kata mendapat tekanan, dan kapan tidak mendapat tekanan dan sebagainya.
d)            Untuk mengatasi hal-hal tersebut, sebaiknya guru mengajak siswa memahami arti kata-kata, kalimat-kalimat, kemudian isi secara keseluruhan. Sesudah memberi contoh ucapan, kalimat demi kalimat, kemudian guru baru menyuruh siswa mwmbaca. Kalau ada kesalahan guru membetulkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar